MAKALAH JARLATSUH IPDN
MENILIK
KEMBALI POLA PENDIDIKAN PENGAJARAN PELATIHAN PENGASUHAN DI INSTITUT
PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
YUSUF
GONDO TYASAPUTRO
Institut
Pemerintahan Dalam Negeri, Fakultas Politik Pemerintahan, Program Studi
Kebijakan Pulik
email:
tyas.yugu23@gmail.com
ABSTRAK
Menilik Kembali
Pola Pendidikan Pengajaran Pelatihan dan Pengasuhan di Institut Pemerintahan
Dalam Negeri . Penelitian
ini menjelaskan tentang bagaiaman pola pendidikan yang ada di IPDN yang dikenal
dengan nama JARLATSUH ( Pengajaran Pelatihan dan Pengasuhan) secara lebih
mendalam. Bagaimana pola pendidkan ini dijalankan sejak mulai pertama kali
diterpakan hingga sekarang. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana
sistem JARLATSUH secara lebih mendalam. Sebuah sistem dimana seorang praja
menjalani kehidupannya sebagai calon pemimpin bangsa. Perkembangan zaman telah
mengubah paradigma pola ini yang tadinya penuh dengan kekerasan menjadi lebih
humanis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode
deskriptif analitis yang dilengkapi
dengan teknik wawancara, observasi dan kajian pustaka yang bermaksud untuk
memperoleh gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
faktor-faktor, sifat-sifat serta berhubungan fenomena yang diselidiki sehingga
tujuan penelitian dapat tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan telah ditemukan beberapa hal diantaranya yaitu; 1) perkembangan
sistem JARLATSUH mulai pertama kali digunakan hingga saat ini, 2) kelebihan dan
kekurangan sistem ini dibandingkan sistem pendidikan perguruan tinggi lainnya,
3) sistem JARLATSUH saat ini yang masih relevan dengan perkembangan zaman.
Kata Kunci : pola, paradigma, sistem, zaman, perguruan
tinggi
ABSTRACT
Revisiting the Pattern of Education in Teaching Training and Care in the Institute of Domestic Government. This research explains about how education patterns in IPDN are known as JARLATSUH (Teaching Training and Care) in more depth. How did this educational pattern run since it was first applied to the present day. This study aims to look at how the JARLATSUH system in more depth. A system where a cadet lives his life as a potential leader of the nation. The development of the times has changed the paradigm of this pattern which was full of violence to be more humane. The method used in this research is analytical descriptive method that is equipped with interview, observation and literature study techniques that aim to obtain a systematic, factual and accurate picture or painting of the factors, traits and related phenomena investigated so that the research objectives can be achieved . Based on the observations that have been made, several things have been found, namely; 1) the development of the JARLATSUH system from the time it was first used to the present, 2) the advantages and disadvantages of this system compared to other tertiary education systems, 3) the current JARLATSUH system which is still relevant to the times.
Keywords
: patterns, paradigms, systems, eras,
colleges
PENDAHULUAN
Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan lanjutan setelah berakhirnya masa pendidikan dasar
dan menengah yang mencangkup program sarjana, vokasi, magister, dan program profesi, serta program spesialis..Pendidikan ini diselenggarakan oleh sebuah perguruan tinggi.
Dalam perkembangannya, pendidikan tinggi
di Indonesia dibagi menjadi tiga macam macam yaitu Perguruan Tinggi Negeri
(PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan
Perguruan Tinggi Kedinasan. PTN dan PTS
adalah Perguruan Negeri yang hanya menyelenggarakan proses pendidikan saja
tanpa jaminan atau ikatan kerja dengan instansi maupun lembaga baik pemerintah
maupun non pemerintah. Sedangkan Perguruan Tinggi Kedinasan adalah perguruan
tinggi yang dinaungi oleh sebuah lembaga, instansi mauapun Kementerian dan
seluruh biaya operasionalnya ditanggung oleh instanst maupun lembaga tersebut.
Mahasiswa PTK disiapkan untuk bisa langsung dipekerjakan atau dijadikan kader
sehingga ketika lulus akan lamngsung bekerja pada instansi yang menaunginya.
Terdapat 9 Perguruan Tinggi Kedinasan yang berada dibawah
naungan kementerian, yaitu; 1.STIN
(sekolah tinggi intelejen Negara ) sekolah dibawah naungan Badan Intelejen
Negara ,2.IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri ) dibawah kementerian Dalam
Negeri 3.Poltek Keuangan STAN dibawah naungan Kementerian Keuangan
RI,4.Poltekim (Politeknik Imigrasi),5.Poltekip(Polteknik Ilmu Pemasyarakatan)
dibawah Kementerian Hukum Dan HAM ,6.STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik)
dibawah Badan Pusat Statistik ,7.STTD(Sekolah Tinggi Transportasi Darat)
dibawah kementerian Perhubungan 8.STSN(Sekolah Tinggi Sandi Negara)dibawah
Badan Syber Dan Sandi Negara 9.STMKG(sekolah tinggi metereologi, Klimatologi
dan Geofisika ) dibawah Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika /BMKG.
Institut Pemerintahan Dalam Negeri sebagai sala satu
Perguruan Tinggi Kedinasan merupakan lembaga yang berada dibawah naungan
Kementerian Dalam Negeri IPDN yang bertujuan mempersiapkan kader di lingkungan pemerintah,
yang ditempatkan di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Berdasarkan Keppres
No. 87 Tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan untuk
menggabungkan STPDN dengan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) menjadi IPDN.
IPDN didirikan oleh Presiden pertama Indonesia yakni
I.r Soekarno pada tahun 1965 dengan nama APDN (Angkatan Pemerintahan Dalam
Negeri) di Malang, Jawa Timur. Selain APDN pemerintah juga meresmikan sekolah
pamong praja lainnya yaitu IIP ( Institut Ilmu Pemerintahan) pada tahun 1967
yang berkedudukan di Malamng sebelum akhirnya dipindahkan ke Jakarta pada tahun
1972. Lalu pada tahun 1992 melalui Kepres no 42 tahun 1992, APDN berubah nama
menjadi STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri). Setelah STPDN dinodai
oleh beberapa kasus kekerasan dan kematian, akhirnya pada tahun 2004 STPDN dan
IIP dilebur menjadi satu kampus yang dinamakan IPDN (Institut Pemerintahan
Dalam Negeri).
Dari jaman dulu pola pendidikan di IPDN berbeda
daripada kampus kampus negeri dan swasta. Pola pendidikan di IPDN mengedepankan
pola pendidikan tri tunggal terpusat JARLATSUH, yakni Pengajaran, Pelatihan dan
Pengasuhan. Pola ini diterapkan dengan maksud membentuk tiga aspek yaitu;
Kowledge (pengetahuan), Skill (Keterampilan) dan Atittude (Sikap). Jika di
perguruan tinggi biasa hanya mengedepankan aspek pengetahuan, berbeda halnya
dengan pola pendidikan di IPDN yang
membentuk 3 aspek hal sekaligus,
METODE PENELITIAN
Pemilihan suatu desain penelitian yang sesuai sangat penting untuk keberhasilan
proyek suatu penelitian. Melihat kesesuaian dengan permasalahan penelitian yang
diambil, maka penulis menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memperoleh gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta berhubungan fenomena yang
diselidiki sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dengan metode
deskriptif dan
pendekatan induktif ini,
penulis dapat memberi gamabara dan juga menguraikan keadaan atau kenyataan yang
sebenarnya terjadi dalam kaitannya dengan sistem pendidikan di Institut
Pemerintahan Dalam Negeri secara sistematis, faktual dan akurat mengenai latar
belakang, sejarahnya serta hubungan antar- fenomena yang diteliti untuk ditarik
kesimpulan yang bersifat umum. Induktif adalah suatu proses penalaran dari khusus ke umum yaitu
penarikan kesimpulan umum dari pengamatan khusus yang tersendiri. Induksi sebagai metode
penelitian bersikap empiris melalui pengamatan-pengamatan kejadian dan logis
dengan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Mengenal Sistem JARLATSUH di IPDN
Institut Pemerintahan
Dalam Negeri adalah sebuah perguruan tinggi kedinasan yang berada dibawah
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Sekolah ini menyiapkan kader kader
calon pemimpin bangsa di sektor birokrasi. Dengan model pendidikan yang berbeda
dari pendidikan lainnya, lembaga ini tetap eksis menghasilkan lulusan yang siap
pakai di sektor pemerintahan pusat maupun daerah.
IPDN dengan sistem
pendidikan tri tunggal terpusat yakni JARLATSUH bertumpu pada 3 aspek yakni ;
Knowledge dengan pendekatatan pengajaran, Skill dengan pendekatan pelatihan,
dan Attitude dengan pendekatan Pengasuhan. Model pendidikan seperti ini
menuntut para peserta didiknya tidak hanya pintar dalam aspek kognitif atau
pengetahuannya saja, akan tetapi aspek keterampilan dan Etika juga akan
digembleng di lembaga pendidikan tinggi ini. Inilah yang membedakan Pegawai
Negeri Sipil lulusan IPDN dengan non IPDN.
Selanjutnya yang
penting dari sistem pengajaran, pelatihan dan pengasuhan atau JARLATSUH
tersebut ialah sistem pendidikan asrama, salah satu pendekatan dalam mencetak
kader pimpinan pamong yang dipersiapkan untuk kehidupan bermasyarakat. Terlepas
bahwa konsep tersebut telah diselewengkan oleh para aktornya sebagai tanda
ketidak berhasilan proses pelembagaan di IPDN, konsep pendidikan JARLATSUH
tersebut pada dasarnya menjawab kebutuhan kepemimpinan pamong. Untuk pamong
dibutuhkan konsep kepemimpinan yang melekat sebagai pandangan hidup, bukan
hanya kepemimpinan sebagai cara bertindak dan tidak cukup hanya kepemimpinan
konvensional seperti asta-brata atau konsep kepemimpinan Ki Hadjar
Dewantoro.
Menurut Chris Lowney
(2005) dalam konsep kepemimpinan di kelompokkan menjadi empat substansi pokok,
yaitu :
1.
Kesadaran
diri, yaitu mampu memahami segala kekurangan maupun kelebihan yang ada di sekitarnya, lalu juga dapat
mengenal nilai-nilai serta pandangan
hidup;
2.
Kedua,
in-genuitas, artinya kepemimpinan yang bisa berfikir secara cepat dan tepat
bisa juga diartikan sebagai seorang yang cerdik dan mampu beradaptasi dengan
segala keadaan yang dihadapi (fleksibel) dalam
3.
Cinta kasih
berarti melakukan kontak setiap orang dengan ramah serta menunjukkan cinta kasih dan dalam nilai-nilai yang
positif;
4.
Heroisme,
dalam arti bahwa mampu mengajak dan menyemangati diri sendiri dan orang lain
dengan ambisi-ambisi yang heroik serta memiliki jiwa seorang pahlawan yang
mampu bekerja dengan segudang masalah yang dihapai.
Ciri utama dari pendidikan kepamong prajaan adalah keteladanan
atau pola prilaku dan akan dinilai orang dari kualitas pribadinya. Konsep
kepemimpinan ini sangat berguna di masyarakat karena mengandung pokok pokok dan
format yang meliputi : pertama, memobilisasi atau mengarahkan serta memberi
dorongan memotivasi kepada masyarakat
umum dan kedua, mengembangkan kebersamaan yanbg positif dmi terciptanya keaddan
yang memungkinkan untuk bergerak pada arah yang sama, dalam arti tujuan yang
sama seperti membangun daerah dan menciptakan kesejahteraan
b.
Sistem JARLATSUH zaman dulu
Sebelum berganti nama, dulu IPDN dikenal dengan nama STPDN.
Ketika orang menyebut institusi tersebut, yang ada dipikiran pertama kali
adalah sebuah sekolah kedinasan yang keras. Tak heran jika dulu kekerasan
sangat lumrah terjadi di lembaga ini. Beberapa kasus kematian praja seakan
tidak menjadikan kampus ini untuk segera berbenah. Pada tahun 2000, seorang
praja dilaporkan meninnggal karena kekerasan yang dilakukan oleh seniornya
kepada yunior. Tidak berhenti sampai disitu, di tahun 2003,Wahyu Hidayat praja
tingkat II yang mengalami kekerasan harus meninggal juga karena seniornya. Itu
semua adalah potret lama STPDN ketika memakai pola pembinaan paradigma zaman
dulu. Itu adalah gambaran bagaimana kerasnya pembinaan praja zaman dahulu,
namun sedikit demi sedikit paradigma itu ingin dihapuskan. Pada tahun 2004,
STPDN dan IIP di gabungkan dengan nama
IPDN ( Institut Pemerintahan Dalam Negeri). Lamgkah ini diambil salah satunya
untuk mengubah paradigma lama STPDN dan mulai merintis sebuah sistem baru.
Di era IPDN, kasus kasus kekerasan mulai berkurang. Para
petinggi juga sudah memikirkan bagaimana agar kasus kasus serupa bisa
diminimalisir. Jika kita pikir, tidak relevan jika lulusan lembaga ini yang
notabennya bekerja sebagai PNS namun dididik seperti halnya penjaga pertahanan
negara. Setalah sekian tahun tidak diketemukan kasus serupa, media massa
Indonesia kembali di hebohkan dengan kematian seorang praja IPDN bernama Cliff
Munthu. Ia dikabarkan meninggal dengan cara tragis yang dikarenakan dikeroyok
oleh para seniornya hingga ada organ dalamnya yang rusak, tidak berhenti sampai
saat itu. Jenazahnya pun di beri formalin agar bisa menghilangkan jejaknya
karena kekerasan tersebut. Kasus itu seakan akan menjadi tamparan keras bagi
lembaga pendidikan ini, sebab karena kasus ini IPDN sedikit lagi bisa
dibubarkan sebagai lembaga pendidikan kepamongprajaan.
Dahulu pola JARLATSUH di IPDN bisa dibilang mirip mirip
dengan pola pendidikan di sekolah militer. Ini terjadi karena para pengasuh
dulunya berasal dari kalangan militer. Jika ada koreksi sedikit saja, apa yang
ditermia peserta didik zaman dahulu memanglah tidak wajar. Selanjutnya peran
senior sangatlah besar di kampus ini. Senior yang menuntut juniornya terlalu
keras dan apabila terdapat sartu koreksi saja maka selaku junior harus siap
menerima konsekuensi apapun dari seniornya. Hal semacam itu terus berlanjut dan
turun temurun tejadi sehingga perlu adanya pemotongan mata rantai setan
didalamnya.
Seiring bergantinya tahun, IPDN selaku lembaga pendidikan sudah
mulai berbenah dengan edikit demi sedikit mengubah paradigma lama. Aturan pun
dibuat lebih ketat agar kekerasan yang dulu tejadi bisa hilang dari pendidikan
kepamong prajaan. Peraturan Mendagri No. 63 tahun 2015 yang mengatur tentang
peraturan tata kehidupan praja dibuat untuk menjadi pedoman para peserta didik
dalam berperilaku serta memuat tentang semua yang berkaitan dengan siklus
kehidupan praja dalam melakukan aktivitas sehari hari. Pemerintah berharap agar
pardigma lama STPDN tidak terulang kembali dengan ditetapkanannya peraturan ini
yang lebih mengikat praja dalam bertingkah laku.
c.
Mengenal Kelebihan dan Kekurangan sistem
JARLATSUH di IPDN
Institut Pemerintahan Dalam Negeri atau IPDN dari sejak
pertama kali diresmikan oleh I.r Soekarno pada tahun 1956 telah menggunakan
metode yang berbeda dari kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia. Sistem
pendidikan di kampus ini menggunakan sistem tri tunggal terpusat yakni
JARLATSUH. sistem ini tentunya sudah teruji melahirkan lulusan-lulusan pamong
praja sebagai aparatur sipil negara dari mulai angkatan 01 hingga 26.
Pada hakikatnya diberlakukannya sistem JARLATSUH ini tidak
lepas dari kekurangan serta kelebihan di dalam pelaksanaannya. Pola pengajaran
yang dibarengi dengan kegiatan pelatihan serta pengasuhan tentunya tidak mudah
dijalani oleh seorang praja yang notabennya hanya memiliki keterbatasan sebagai
manusia biasa. Bayangkan saja setiap hari seorang praja dituntut untuk memenuhi
tiga aspek sekaligus. Yang pertama seorang praja harus melaksanakan perkuliahan
guna meningkatkan daya intelengensinya. Selanjutnya disambung dengan kegiatan
pelatihan dimana praja dituntunt untuk bisa mempraktekkan apapun yang para
pelatih contohkan apalagi untuk jurusan diploma yang notabennya lebih kepada
praktik. Yang tidak kalah penting yaitu kegiatan pengasuhan dimana kita
diajarkan untuk belajar hidup dengan baik dari mulai bangun tidur hingga tidur
kembali semuanya telah diatur di dalam kegiatan pengasuhan tersebut.
Ketika seorang praja dituntut untuk melakukan tiga hal dalam
satu waktu, pastinya akan menimbulkan keletihan yang luar biasa, apalagi jika
hal tersebut dilakukan pada saat awal awal menjadi seorang praja. Namun
kehidupan seperti itulah yang harus dikerjakan oleh seorang praja sehari hari.
Yang paling jelas nampak adalah ketika praja melakukan kegiatan pengajaran di
kelas, biasanya malah diajadikan sebagai ajang untuk melepas lelah, yakni tidur
di kelas. Kegiatan tersebut seakan akan telah menjadi suatu kebiasaan bagi
kebanyakan praja di IPDN. Menurut salah seorang praja IPDN, hal tersebut
terpaksa dilakukan karena dalam satu hari para praja dituntut untuk mengikuti
rangkaian kegiatan dari pagi hingga malam dengan waktu istirahat yang terbatas.
Dengan kondisi demikian membuat praja seringkali memanfaatkan waktu dikelas
untuk sekedar melepas lelah setelah seharian melakukan kegiatan.
Dibalik kekurangan tersebut, pola JARLATSUH telah terbukti
melahirkan ribuan lulusan IPDN menjadi seorang pribadi yang lebih dibanding PNS
lulusan perguruan tinggi biasa. Hal ini terjadi karena saat masih menjadi
peserta didik, para praja telah diajarkan bagaimana untuk menjadi seorang
pelayan masyarakat yang baik seeta mengerti akan semua aspek yang dibutuhkan
untuk menjadi seorang abdi negara. Pola pengasuhan yang telah mendidik sikap
dan etikan seorang praja menjadi pribadi yang ideal untuk menjadi seorang
“pamong praja” atau pengemong masyarakat sebagi aparatur sipil negara. Inilah
hal yang dibanggakan dari lulusan IPDN, karena sikap tersebut yang membuat para
pengguna lulusan IPDN merasa puas dengan kinerjanya.
d.
Sistem JARLATSUH masa kini
Sistem Jarlatsuh telah ada sejak pertama kali IPDN didirikan.
Sistem ini terbukti telah melahirkan ribuan alumni yang bekerja di berbagai
instansi pemerintah Indonesia. Namun sistem ini perlu dipertanyakan lagi apakah
masih relevan digunakan di zaman ini yang sudah berkembang jauh dari sejak
pertama kali sistem ini diberlakukan.
Berbeda dari angkatan-angkatan awal, penerapan sistem
JARLATSUH sekarang sedikit mengalami perubahan mengikuti zaman. Jika dulu para
praja dituntut untuk menjadi seorang yang di didik ala militer, namun sekarang
pendidikan ini di titik beratkan pada aspek intelegensi. Hal ini dilakukan
karena metode seperti dahulu dinilai sudah tidak relevan lagi digunakan pada zaman
sekarang. Kebutuhan ASN yang cerdas kompetitif dan memiliki inovasi seperti
zaman sekarang ini menuntut para lulusan IPDN untuk menyesuaikannya agar para
alumni IPDN tidak kalah dengan para ASN dari kalangan non IPDN.
IPDN zaman sekarang layaknya mengalami reformasi besar
besaran setelah mengalami rentetan kejadian tak menyenangkan di zaman dulu.
Menengok di medio tahun 2000 hingga 2007 seakan menampar keras lembaga ini
untuk merubah sistem pendidikan menjadi lebih humanis lagi. Revolusi dunia
pendidikan juga sedikit demi sedikit diikuti oleh lembaga Institut Pemerintahan
Dalam Negeri, ini terbukti dengan modernisasi di sektor pembelajaran maupun
sektor yang lainnya. Ini dimaksudkan agar lembaga ini tetap eksis sebagai
lembaga pencetak kader pamong praja dan yang terpenting tidak ketinggalan
zaman.
Walaupun telah mengalami bebrapa perubahan, namun sistem
JARLATSUH yang diterapkan di lembaga ini tidak jauh berbeda dengan apa yang
tireapkan pada masa dulu. Ini dimaksudkan agar sistem ini tetap bisa menghasilkan
seorang aparatur sipil negara yang memiliki sikap dan etika sama seperti
angkatan terdahulu akan tetapi juga diimbangi dengan daya intelegnsi serta
keterampilan seperti lulusan perguruan tinggi umum. Jika pola seperti ini benar
benar dijalankan secara tepat dan cermat, itu akan membuat lembaga IPDN menjadi
sebuah lembaga penghasil lulusan yang memiliki paket komplit di dunia birokarsi
negeri ini.
Penggunaan teknologi seiring dengan perkembangan zaman
haruslah diterapkan di kampus IPDN,agar para peserta didik tidak kalah dengan
mahsiswa mahasiwa lain di luar. Misalnya saja, peraturan tentang pelarangan
penggunaan handphone berbasis android. Peraturan tersebut seharusnya perlu
ditinjau ulang, sebab pelarangan tersebut dapat menghambat perkembangan peserta
didik dalam pemanfaatan teknologi masa kini. Bayangkan saja ketika seorang
praja yang tanpa menggunakan teknologi masa kini selama empat tahun, ketika
lulus pasti ia akan gaptek (gagap teknologi) yang diakibatkan kurangnya
pengertian akan teknologi selama ia menempuh pendidikan.
Sistem JARLATSUH yang mengikuti perkembangan zaman ini
dinilai masih sangat relevan digunakan dan diterapkan sebagai suatu pola yang
bisa mencetak kader kader pemerintahan terbaik serta memiliki sikap dan etika
yang tidak kalah dengan para lulusan perguruan tinggi lainnya. Dengan
penyesuaian ini mebuat sistem JARLATSUH menjelma sebagai alat yang mampu
mendidik seorang praja menjadi seorang ASN paket komplit serta bisa diatas para
ASN yang berasal dari perguruan tinggi lainnya.
e.
Pengembangan
sistem JARLATSUH IPDN
Sebuah sistem tentu saja setiap masa perlu diperbarui agar
bisa tetap eksis dan dapat mengikuti tuntutan zaman yang semakin berkembang
serta modern. Memasuki masa dimana teknologi semakin canggih, pola pendidikan
tri tunggal JARLATSUH juga harus mengikuti tuntutan tersebut. Ini dimaksudkan
agar pola/sistem ini tidak terlalu ketinggalan zaman. Outputnya sendiri adalah
para lulusan dari lembaga ini, dimana seorang praja ketika di dunia kerja dapat
menyesuaikan dengan rekan kerjanya yang telah terlebih dahulu paham akan
teknologi terbaru dibandingkan lulusan IPDN.
Sebuah model pendidikan seharusnya memang tidak boleh terlalu
kaku, karena dunia ini juga berkembang dan semestinya role model pendidikan
juga menglami perkembangan. Jika pola pendidikan ini hanya berjalan di tempat
sedangkan dunia sudah berada sepuluh langkah di depan, maka yang akan hancur
adalah pola pendidikan tersebut.
Tuntutan zaman memanglah sangat besar di era saat ini,
apalagi di area birokrasi yang juga mengalami revolusi dalam hal pelayanan
publik. Duliu memang layanan di pemerintahan sangatlah lamban, namun sekarang
bisa dilakukan hanya dengan hitungan menit saja. Itu semua tidak lepas dari
pemanfaatan teknologi masa kini yang bisa mengubah wajah birokrasi Indonesia.
Kebijakan pemerintah pusat yang ingin memangkas keruwetan birokrasi Indonesia
juga menjadi gambaran betapa seriusnya pemerintah untuk mengubah pola dengan
pemanfaatan teknologi masa kini. Dengan hal tersebut, seharusnya dijadikan patokan
dalam membina bibit bibit muda yang nantinya berkecimpung dalam dunia birokrasi
tersebut. Pola JARLATSUH ini dituntut untuk bisa mengimbangi perkembangan zaman
agar bisa tetap menyesuaikan tanpa tertinggal dengan tuntutan zaman.
SIMPULAN 5-10%
Pada dasarnya setiap
lembaga pendidikan mempunyai cara tersendiri untuk mendidik para peserta
didiknya menjadi seseorang yang siap paki di dunia kerja. Institut Pemerintahan
Dalam Negeri yang notabennya adalah sebuah lembaga pendidikan di bawah
Kementerian Dalam Negeri memiliki pola pendidikan Tri Tunggal Terpusat, yakni
JARLATSUH. pola yang telah diterapkan dalam dunia pendidikan IPDN sejak pertama
kali lembaga ini diresmikan.
Pola pendidikan Tri
Tunggal Terpusat memiliki kelebihan dan kekurangan, namun pada dasarnya tujuan
diberlakukannya sistem ini adlah untuk dapat menghasilkan seorang lulusan yang
lebih baik dibandingkan lulusan perguruan tinggi pada umumnya. Dengan
perkembangan zaman yang dibarengi dengan perkembangan teknologi, sudah
sepatutnya sistem ini ikut bergerak menyesuaikan dengan zaman. Ini dimaksudkan
agar pola ini tetap bisa mengikuti arus perubahan teknologi dan embuat lembaga
IPDN tetap Eksis sebagai lembaga pendidikan tinggi pencetak kader kader
Pemerintahan Indonesia.
Daftar
Pustaka
https://www.dkampus.com/pendidikan-tinggi/
https://www.matamatanews.com/inilah-perbedaan-perguruan-tinggi-kedinasan-dan-ikatan-dinas
https://www.sitinurbaya.com/artikelku/136-ipdn-dan-kepemimpinan-pamong
Komentar
Posting Komentar